pojokutama.com news. Sistem
perpolitikan di Indonesia sekarang semakin mengalami carut-marut. Sebab
itu, politik di Indonesia wajib bangkit dari keterpurukan. Kebangkitan
politik yang dicetuskan oleh founding fathers dalam rangka perjuangan
kemerdekaan Indonesia yaitu oleh Soetomo, Ir. Sukarno, Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantoro, dr. Douwes Dekker wajib selalu
diimplementasikan dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia saat ini.
Dalam konteks perpolitikan bangsa Indonesia sekarang, pertanyaan secara
filosofis yang perlu diajukan dikenal sebagai apakah betul partai
politik di Indonesia saat ini ini betul-betul berjuang untuk kepentingan
bangsa Indonesia dan takdir rakyat Indonesia? Perihal inilah sejatinya
yang perlu dijawab oleh elite partai politik dan para calon pemimpin ke
depan demi kemajuan bangsa Indonesia.
Bahwa
bangsa Indonesia sekarang ini mengalami kebangkrutan politik
ditunjukkan fakta di lapangan. Politik di Indonesia bukan lagi ditujukan
untuk semangat memperjuangkan nasib oleh atau untuk seluruh rakyat
Indonesia, keadilan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia
diperjuangkan. Bagaimana langkah-langkah mengeruk budget negara melalui
akses kekuasaan dan elite politik di DPR, hasrat kekuasaannya hanya
memperjuangkan partai politiknya masing-masing. Kejadian politik di
Indonesia semakin menghalalkan segala cara, tidak paham mana yang halal
dan haram. Penyakit korupsi yang dilakukan oleh elite politik hampir
terjadi di seluruh partai politik yang ada. Partai politik tidak ada
yang bersih dari penyakit korupsi. Demokrasi yang keblinger atau
kebablasan ditunjukkan oleh semua partai politik di Indonesia saat ini.
Sebab para elite politik tak paham benar sejarah kebangkitan nasional
yang sudah melahirkan suatu partai politik di Indonesia dengan tujuan
memperjuangkan kemerdekaan dan takdir hak masyarakat Indonesia.
Kita
lihat saja faktanya, elite politik dan kepala daerah banyak yang
terlibat korupsi dan praktik pencucian dana. Perihal ini menunjukkan
pada bangsa Indonesia bahwa perpolitikan di Indonesia mengalami
kebangkrutan dalam berpikir secara politik. Elite politik ternyata tak
dapat mengimplementasikan nilai-nilai etika politik, politik kebangsaan,
politik kemanusiaan, dan politik kejujuran. Kenichi Ohmae dalam
karyanya The End of The Nation State (1996) menyatakan lebih ekstrem,
bahwa banyak kekerasan politik dalam pilkada, dan merebaknya korupsi
yang dilakukan oleh elite politik menjadi salah satu indikasi
berakhirnya negara atau bangsa (nation state). Bangsa Indonesia bakal
mengalami kehancuran. Sebab itu, proses berakhirnya negara bangsa wajib
segera diselesaikan dan dihindari dengan selalu mengusung nilai-nilai
kebangkitan nasional.
Moral
elite politik mulai lenyap diterpa oleh paham oportunisme,
materialisme, pragmatisme dan populisme. Unsur menjaga martabat dan
wibawa sebagai pemimpin bangsa mulai sirna. Rasa kejujuran dan humanisme
mulai tidak menampak dalam kinerja di pemerintahan. Elite politik mulai
tak mengerti makna sebetulnya, apa itu makna berpolitik yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur kebangkitan nasional dan perjuangan untuk
kemerdekaan bangsa Indonesia. Dalam konteks perpolitikan di Indonesia
sekarang, kemerdekaan nasional dalam nilai-nilai kebangkitan masyarakat
Indonesia mesti dimaknai bahwa politik mesti dijadikan alat untuk
memberikan rasa kenyamanan, keadilan, serta mengeluarkan rakyat
Indonesia dari kemiskinan dan penderitaan. Dan, menjadikan warga
Indonesia lebih sejahtera, serta praktik mafia korupsi dan pialang
korupsi politik anggaran harus dihapuskan dari negara Indonesia.
Politik
yang terjadi di Indonesia sekarang adalah politik kesemrawutan, politik
distrust, politik individualisme atau kepartaian. Kekuasaan dijadikan
sebagai alat untuk mengusung kepentingan masing-masing dari satu partai
politik dalam memperoleh keuntungan material dan harta dari budget
negara. Padahal, politik telah semestinya mengedepankan pada politik
kesejahteraan sebagai kulturalisasi demi memperjuangan nilai
sejahteranya hidup bersama dalam homo homini socius, yakni manusia
dikenal sebagai saudara bagi sesama. Inilah esensi dari nilai-nilai
mewujudkan kebangkitan nasional sebagai kebangkitan politik sekarang
ini. Elite politik hanya memahami hari kebangkitan secara parsial saja,
hanya demi kepentingan partai politiknya. Bukan kebangkitan politik
secara nasional —mulai dari sikap, perilaku, kebijakan, dan ideologi
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila, NKRI, Undang-undang
Dasar 1945 dan Bhinekka Tunggal Ika— yang lebih dikedepankan oleh elite
partai dalam sistem pemerintahan.
Karena
itu, nilai-nilai rasa kebangkitan politik nasionalisme sekarang telah
seharusnya dilakukan elite politik. Nasionalime adalah bentuk mencintai
rasa keindonesiaan dan kebangsaan, rasa kemanusiaan dan rasa
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Tetapi, jika sikap mengeruk uang
negara dengan cara manipulatif dan sikap koruptif terus dilakukan oleh
elite politik dan pejabat publik, maka mereka berarti tidak mencintai
Tanah Air Indonesia dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kebangkitan
nasional Indonesia. Elite politik saat ini lebih menekankan pada ego
kepartaian, fanatisme partai politik, bukan berdirinya partai politik
atas nama kepentingan nasional dan untuk kebangkitan politik nasional
Bangsa Indonesia. Kebangkitan politik yang baik, etis dan untuk
kepentingan semua rakyat Indonesia.
Wakil
rakyat di DPR harus mulai mengubah paradigmanya tentang langkah-langkah
berpolitik, dari egosentrisme kepartaian menuju partai politik yang
selalu menjunjung tinggi semangat nasionalisme, persatuan untuk
kepentingan bangsa Indonesia dan rasa mempunyai negara Indonesia
tercinta ini untuk sebuah kemajuan, kesejahteraan dan keadilan bagi
semua rakyat Indonesia.
Komentar
Posting Komentar